Nama
: Novia Nurul Huda
NPM
: 25212400
Kelas
: 3EB02
Mata Kuliah :
Bahasa Indonesia 2#
JURNAL ILMIAH
Jurnal ilmiah merupakan salah satu jenis jurnal
akademik di mana
penulis mempublikasikan artikel ilmiah. Untuk memastikan kualitas ilmiah pada
artikel yang diterbitkan, suatu artikel biasa diteliti oleh rekan-rekan
sejawatnya dan direvisi oleh penulis, hal ini dikenal sebagai peer review (penelaahan sejawat).
Terdapat berbagai
jurnal ilmiah yang mencakup semua bidang ilmu, juga ilmu sosial dan humaniora.
Penerbitan dalam bentuk artikel ilmiah biasanya lebih penting untuk bidangilmu pengetahuan alam maupun kedokteran dibandingkan dengan bidang akademik
lain.
Format
umum untuk jurnal ilmiah biasanya terdiri dari:
1. Judul;
2. Abstrak;
3. Pendahuluan;
4. Bahan dan metode;
5. Hasil;
6. Pembahasan;
7. Kesimpulan;
8. Daftar pustaka.
1. Judul;
2. Abstrak;
3. Pendahuluan;
4. Bahan dan metode;
5. Hasil;
6. Pembahasan;
7. Kesimpulan;
8. Daftar pustaka.
CONTOH
JURNAL ILMIAH
Degradasi
Etika dan Moral dalam Jejaring Sosial Online
Nadya
Syifana, Norman Lie
16 April
2013
Abstrak
Perkembangan
teknologi jejaring sosial online telah menciptakan pergeseran paradigma dalam
masyarakat. Jejaring sosial mampu mendekatkan yang jauh, memudahkan proses yang
sulit. Segala kemudahan ini tentunya bukan tidak berkonsekuensi. Tanpa
disadari, segala kemudahan dan kebebasan disediakan oleh jejaring online telah
“menjebak” kita dalam penurunan nilai etika dan moral, bahkan membawa hal
tersebut ke dunia nyata. Hal ini bila dibiarkan terus berlanjut dapat
mengakibatkan kebobrokan moral masyarakat yang sulit dibangun kembali.
Kata kunci: Jejaring Sosial Online, Etika,
Moral, Pergeseran Paradigma Sosial
I. Pendahuluan
Perkembangan teknologi
dari masa ke masa terbukti telah memberi banyak perubahan pada manusia.
Perubahan yang terjadi umumnya ke arah lebih baik, seperti mempermudah
melakukan suatu pekerjaan, memberikan berbagai pilihan atau preferensi baru
dalam melakukan sesuatu, dan bahkan mampu membuka lapangan pekerjaan. Pengembangan
teknologi terus dilakukan untuk dapat menjangkau segala kebutuhan hidup
manusia. Tidak jarang juga pengembangan teknologi mendorong untuk penemuan
serta pengembangan teknologi baru.
II. Etika
dalam Jejaring Sosial
Jejaring sosial online dapat diibaratkan sebagai miniatur
kehidupan nyata kita. Terdapat interaksi antar individu dalam jejaring. Dalam
media sosial kita dapat terhubung dengan orang-orang yang benar-benar kita
kenal, melakukan pembicaraan atau berbagi data untuk keperluan tertentu.
Melalui itu kita juga dapat berkenalan dengan orang-orang baru mungkin berada
pada daerah terkenal luas, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal yang sama.
Dengan demikian, seharusnya aturan-aturan berinteraksi di dunia nyata dan dunia
maya juga tetap sama, tentunya dengan berbagai penyesuaian terkait bentuk media
komunikasi yang terbatas pada layar gadget,
tidak berjumpa secara langsung.
Media internet menjadi wadah populer untuk menuangkan pendapat atau berbagi informasi dengan menyebarkannya pada lingkungan yang lebih luas. Karena dilihat oleh kalangan luas dengan pandangan atau status berbeda, informasi yang disampaikan harus dijaga agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan menyinggung pihak-pihak tertentu.
Media internet menjadi wadah populer untuk menuangkan pendapat atau berbagi informasi dengan menyebarkannya pada lingkungan yang lebih luas. Karena dilihat oleh kalangan luas dengan pandangan atau status berbeda, informasi yang disampaikan harus dijaga agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan menyinggung pihak-pihak tertentu.
Menggunakan identitas orang lain atau suatu organisasi
tertentu tanpa izin sepengetahuan pihak terkait juga merupakan perbuatan yang
melanggar hukum maupun etika. Apalagi jika penggunaan identitas tersebut
bertujuan untuk menipu, sanksi diberikan bisa lebih berat.
III. Degradasi
Etika dan Moral dalam Jejaring Sosial
Kemudahan, keleluasaan, kebebasan dalam penggunaan
internet telah membuat pengguna “kelepasan” bagaimana sepantasnya ia bertindak.
Ketika bermain-main dalam dunia maya, seseorang terkadang merasa lebih bebas
berekspresi karena ia merasa tidak ada orang secara langsung melihat apa yang
dilakukannya. Cara penyaluran ekspresi tersebut juga bukan menggunakan
kemampuan tubuh sepenuhnya, seperti berbicara, sehingga menjadikan orang dengan
frekuensi bicara sedikit merasa lebih nyaman untuk mengungkapkan pikirannya.
Hal ini bisa menjadi efek psikologis baik dari penggunaan jejaring sosial
Online, namun dapat menjebak jika mengabaikan etika atau nilai moral yang
berlaku.
Info dari jaringan online dapat menyebar secara cepat dan massive, menjadikan media
online sarana propaganda efektif. Informasi dapat cepat terbit berganti.
Kecepatan aliran info ini memancing meningkatnya minat pengguna untuk
menyebarkan informasi. Jika pada penyebaran informasi konvensional informasi
penting dan mendesak diutamakan, dalam media online segala bentuk informasi
dapat mengalir dengan derasnya. Karena kemudahannya serta perasaan bebas
berekspresi tadi, pemberi informasi terkadang mengabaikan aspek kepentingan dan
etika dari informasi tersebut. Tidak heran jika saat ini kita sering kebanjiran
info tidak penting, tidak tepat sasaran.
IV. Menjaga
Etika dalam Jejaring Sosial
Kerusakan moral akibat jejaring menyebar luas dikarenakan
sifat media sosial itu sendiri terbuka untuk umum, atau sekelompok besar orang.
Dengan terbiasa melihat perilaku-perilaku menyimpang etika, bukan tidak mungkin
seseorang menjadi terbiasa, menganggap biasa, dan kemudian menjadikannya
kebiasaan. Oleh karena itu, menjaga etika berinteraksi di online sangatlah
penting.
Dengan berjejaring berlandaskan pada etika dan moral,
kita bisa mendapatkan dan memberikan informasi bermanfaat bagi kita maupun
orang lain. Kasus-kasus pencemaran nama baik karena “kelepasan” penggunaan
media juga dapat terhindar karena adanya rasa ingin menghargai orang lain siapa
pun, di mana pun, kapan pun. Terakhir, kasus-kasus kriminal yang melibatkan
perangkat digital (cyber crime) dapat diminimalisir dengan kesadaran akan
penyaringan informasi dari setiap orang.
V. Kesimpulan
Jejaring sosial memberikan banyak kemudahan dan kebebasan
bagi kita, terutama dalam hal terkait penyebaran informasi. Namun juga ada
konsekuensi harus diwaspadai, seperti banyaknya informasi yang dapat merusak
pola berpikir, atau pemalsuan identitas dapat berujung pada perusakan nama baik
seseorang. Penanaman etika sangat penting agar media sosial dapat digunakan
dengan bijak dan tidak menganggu kenyamanan orang lain.
VI. Referensi
[1]
Nicholson, Sean. “InfoGraphic: The History Of ONLINE Social Networking”. Social
Media Today Community. 27 April 2011.
<http://socialmediatoday.com/socmedsean/286629/infographic-history-online-social-networking>.
Diakses pada 14 April 2013.
[2]
Vinjamuri, David. “Ethics and the Five Deadly Sins of Social Media”.
Forbes.com. 11 Maret 2011.
<http://www.forbes.com/sites/davidvinjamuri/2011/11/03/ethics-and-the-5-deadly-sins-of-social-media/>.
Diakses pada 14 April 2013.
[3]
“Online Social Networking”. The Australian Communications and Media Authority.
< http://www.acma.gov.au/ WEB/STANDARD/pc=PC_311748>. Diakses pada 14
April 2013.
Referensi
:
http://contohpengertian.com/contoh-jurnal/
http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnal_ilmiah
http://edukasi.kompas.com/read/2012/02/09/10353179/Panduan.Menulis.Jurnal.Ilmiah